MAKALAH KIMIA
“SISTEM KOLOID”
Disusun Oleh :
1. Virna Munar (21)
2. Linda Febria (09)
3. Nur chasanah (13)
4. Nia Nur Latifah (12)
5. Rika Cahya P (16)
MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN
TAHUN AJARAN 2013/2014
Kata pengantar
Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga tugas
ini dapat selesai pada waktunya, semoga apa yang kita lakukan mendapat balasan
yang setimpal. Maha Suci Allah yang telah mempermudah segala urusan kita semua,
tanpa Ia tidak apa-apanya kita ini,
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan sekolah terhadap
mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat
tentang “KOLOID” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk
dicermati dan perlu mndapat dukungan dari semua pihak yang peduli tehadap dunia
pendidikan.
Penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada guru pembimbing kami yang telah banyak membantu penyusun
agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di lingkungan kita banyak sekali penerapan ilmu-ilmu kimia salah satunya adalah penggunaan ”KOLOID” dalam kehidupan sehari – hari , jadi kita atau khusunya seorang siswa sebaiknya mengerti apa itu sebenarnya koloid , sifat – sifatnya serta kegunaanya karena itu sangat berguna serta memang menjadi salah satu materi kimia yang harus dikuasai.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belajang diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu koloid ?
a. Apa itu koloid ?
b. Apa saja jenis – jenis koloid ?
c. Apa saja sifat – sifat dari koliod ?
d. Bagaimana cara pembuatan koloid ?
e. Dimana saja koloid itu dipergunakan ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Agar para
pembaca mengetahui apa itu koloid beserta jenis-jenisnya .
b. Agar para
pembaca mengetahui sifat – sifat dari koloid .
c. Agar para
pembaca mengetahui cara-cara pembuatan koloid.
d. Agar para
pembaca mengetahui cara penggunaan koloid .
1.4 MANFAAT PENULISAN
Tujuan penulisan karya ilmiah ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan
tugas kimia, juga diharapkan untuk memberi manfaat bagi saya sendiri, dan para
pembaca khusunya siswa agar lebih mengerti tentang materi kimia
khususnya materi “KOLOID” .
A. Pengertian Sistem Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak
antaralarutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem
koloid memiliki ukuran diantara larutan dan suspensi , tidak jernih tetapi
tidak memisah jika didiamkan, dan tidak dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
· Apabila suatu zat dicampur dengan zat lain akan terjadi penyebaran secara
merat dari zat satu ke zat yang lain yang disebut debgan sistem dispersi.
· Sistem dispersi adalah pencampuran secara merata antara dua zat atau lebih.
Sistem disperse terdiri dari dua bagian, yaitu fase terdispersi (komponen yang
jumlahnya lebih sedikit) dan pendispersi (komponen yang jumlahnya banyak).
Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang terdispersi.
(*) Sistem
dispersi dibedakan menjadi larutan koloid dan suspensi.
1. Larutan
Larutan merupakan campuran yang bersifat homogen. Ukuran partikel zat
terlarut di dalam suatu larutan lebih kecil 10-7 (<1nm)>.
2. Suspensi
Suspensi adalah disperse zat padat
dalam air atau campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel padat
dalam suatu cairan yang bila dibiarkan akan mengendap ke bawah karena pengaruh
gravitasi. Zat terdispersi pada suspensi merupakan zat padat berukuran cukup
besar. Oleh karena zat terdispersi memiliki ukuran yang cukup besar, medium
pendispersi (air) tidak mampu menahannya sehingga padatan tersebut mengendap.
Ukuran partikel zat yang terdispersi dalam suspensi lebih besar dari 10-5 cm
(> 100 nm) sehingga masih dapat diamati. Contoh : pasir dilarutkan dalam
air.
3. Koloid
Koloid disebut juga disperse koloid
atau suspensi koloid, adalah campuran yang ukuran partikelnya terletak antara
suspensi dan larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil dibandingkan
partikel-partikel suspensi, tetapi lebih besar dibandingkan partikel-partikel
larutan. Ukuran partikel koloid antara 10-7 - 10-5 cm (1 nm – 100 nm).
B. Jenis-jenis Koloid
Koloid merupakan suatu sistem yang
terdiri dari dua fase yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi (medium
pendispersi). Berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya,
koloid dikelompokkan menjadi 8 jenis koloid, seperti yang tercantum dalam tabel
berikut.
No
|
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama Kolid
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Gelas berwarna, intan hitam, paduan
logam
|
2.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol emas, sol belerang, tinta, cat,
tanah liat
|
3.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol Padat
|
Asap (smoke), debu
|
4.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol Cair
|
Kabut (fog), awan, embun
|
5.
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, santan, minyak ikan,
mayonnaise
|
6.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi Padat
|
Jelly, mutiara, keju, mentega, nasi
|
7.
|
Gas
|
Cair
|
Buih/busa
|
Buih sabun, krim kocok, pasta
|
8.
|
Gas
|
Padat
|
Buih padat
|
Karet busa, batu apung, styrofoam,
kerupuk
|
(*) Penggolongan
sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase terdispersi:
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot.
Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh
aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi
dalam zat cair disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat
dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat
padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat
cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi
yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks.
Contoh emulsi
air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat :
jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi
(emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka
akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair
disebut buih, sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat
disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat
pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun.
Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
padat dan bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu
sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi
koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas
dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab semua gas
bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
C. Sifat-Sifat Koloid
a.
|
Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. |
b.
|
Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. |
c.
|
Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. |
d.
|
Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. |
|
|
e. Koloid
Pelindung
· Merupakan koloid yang dapat berfungsi sebagai pelindung bagi koloid
lain
· Koloid liofil bersifat lebih stabil daripada koloid liofob, sehingga
koloid liofil berfungsi sebagai koloid pelindung
· Contoh gelatin pada es krim untuk mencegah pembentukan kristal besar
es atau gula.
f. Dialisis
Merupakan cara pemisahan partikel-partikel
koloid dari ion-ion atau molekul sederhana menggunakan selaput semipermeabel
contoh : kertas selofan, usus kambing. Mesin dialisis dapat digunakan
untuk alat cuci darah.
g. Adsorsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada
permukaan koloid.
Sifat adsorbs digunakan dalam
proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus
yang akan menyerap kuman penyebab diare.
Koloid
Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan (+). Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid As2S3 akan
mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan (-) dan
tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
D.Koloid Liofil dan Liofob
Koloid ini terjadi pada sol. Sol liofil adalah koloid
yang fase terdispersinya suka (dapat mengikat) pada cairan (fase
pendispersinya).
Sol liofob adalah koloid yang fase terdispersinya tidak suka paca cairan
(fase pendispersinya) pada koloid liofil pengikatan medium pendispersi
disebabkan oleh gaya tarik menarik (berupa gaya elektrostatik) pada setiap
ujung gugus molekul terdispersi.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil.
(*) Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
· Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya
tarik-menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen
· Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya
tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase
terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh: dispersi emas, belerang dalam
air
Sifat-Sifat
|
Sol Liofil
|
Sol Liofob
|
Pembuatan
|
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase
terdispersi dengan medium terdispersinya
|
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase
terdispersi dan medium pendisperinya
|
Muatan partikel
|
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
|
Memiliki muatan positif atau negative
|
Adsorpsi medium pendispersi
|
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium
pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan
medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
|
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi
medium pendispersinya.
Muatan
partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
|
Viskositas (kekentalan)
|
Viskositas sol liofil > viskositas medium
pendispersi
|
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan
viskositas medium pendispersi
|
Penggumpalan
|
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
|
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena
mempunyai muatan
|
Sifat reversibel
|
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil
dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol
dengan penambahan medium pendispersinya
|
Irreversibel artinya sol liofob yang telah
menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
|
Efek Tyndall
|
Memberikan efek Tyndall yang lemah
|
Memberikan efek Tyndall yang jelas
|
Migrasi dalam medan listrik
|
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak
bermigrasi sama sekali
|
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis
muatan partikel
|
E. Peranan Koloid dalam Kehidupan
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya
dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip
kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang
dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri
untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet
dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu
dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang
molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai
partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah
karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium
pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan
asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan
merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion
H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3.
Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks
dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
c. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis
untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi
pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci
darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati
selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya
tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan
prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah
penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian
dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air
Untuk
memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang
air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai
sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum
dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga)
maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap.
Mula-mula
mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Proses
pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun
pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah
pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang
tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas dan
waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak dapat diendapkan
dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang
mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan.
Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,
besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian
koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk
menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara
5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa
besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah diberi
koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal
dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui
penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan
tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air
kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium
hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).
e. Sebagai deodoran
Deodoran
mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein
dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat
sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
f. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat
yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga
mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
g. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai
bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam
bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid
juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian
dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator.
Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga
kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara
pembilasan dengan air.
F. Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
Cara Kondensasi dilakukan melalui reaksi kimia seperti reaksi redoks,
reaksi hidrolisis, reaksi dekomposisi rangkap, dan reaksi pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan
bilangan oksidasi. Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida
(H 2 S) dengan belerang dioksida (SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas H2S
kedalam larutan SO2.
2H 2 S (g) +
SO 2 (aq) → 2H 2 O (l) + 3S (s)
b. Reaksi
Hidrolisis
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida
, maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi
semakin besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel belerang. Seperti
reaksi :
Na 2 SO 3 (aq) +
2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) +
S (s)
c. Reaksi
Substitusi
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan
larutan asam klorida , maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan
bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel
belerang. Seperti reaksi
Na 2 SO 3 (aq) +
2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) +
S (s)
d. Reaksi
Dekomposisi Rangkap
Contohnya adalah pembuatan sol As 2 S 3 dengan
mereaksikan larutan H 3 AsO 3 dengan larutan H 2 S. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
2H 3 AsO
3 (aq) + 3H 2 S (aq) → As 2 S 3 (s) +
6H 2 O (l)
e. Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase
terdispersi yang semula larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan jenuh
kalsium asetat jika dicampur dengan alcohol akan terbentuk suatu koloid berupa
gel.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan bunga
listrik(busur bredig).
1) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumpang, sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium
pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan menggerus serbuk belerang
bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur dengan air.
2) Cara
peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
3) Cara busur
bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan
koloid digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan kedalam medium dispersi,
kemudian diberi loncatan listrik dikedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan
terlempar kedalam air,lalu atom tersebut mengalami kondensasi sehingga
membentuk partikel koloid. Jadi cara busur bredig ini merupakan gabungan cara
disperse dan kondensasi
DAFTAR PUSTAKA